Monday, December 17, 2007

Sejarah Indonesia

Sabtu (15/12) kemarin, saya naik Patas AC No. 57 jurusan Ciputat-Gajah Mada. Saya duduk di samping seorang cewek yang lagi asyik membaca berlembar-lembar kertas fotokopian. Bukannya sengaja pengin ngintip, tapi posisi duduk yang mepet banget memaksa mata saya untuk plirak-plirik isi lembaran tersebut.

Sejarah Nasional Indonesia
, begitu judul yang tercetak di lembaran kertas paling atas. Di bawahnya, ada soal-soal sejarah, bentuknya pilihan ganda. Ihk, saya jadi ingat jaman sekolah dulu.

Penjajahan terhadap masyarakat Jawa yang dilakukan oleh Belanda merupakan titik-titik. Dari empat pilihan A, B, C, dan D; jawaban yang betul menurut kunci jawabannya adalah A, bentuk dehumanisasi masyarat Jawa.

Pemerintah Indonesia mendirikan Orde Baru sebagai bentuk titik-titik. Dari empat pilihan A, B, C, dan D; jawaban yang betul adalah D, Demokrasi Pancasila.

Dalam hati saya, "Emangnya pelajaran kaya gini masih kepake, ya? Cewek ini guru atau mahasiswa ya? Tapi, masa iya soal-soal seperti itu masih ditanyakan dan dipelajari?"

Sekarang, saya mau bicara (dalam tulisan, tentu saja) soal pelajaran sejarah. Pelajaran Sejarah termasuk pelajaran favorit saya. Dari situ saya bisa sedikit tau tentang sejarah dan budaya negara di belahan bumi yang lain. Tapi, begitu bab sejarah yang dipelajari masuk ke sejarah Indonesia, nafsu belajar saya mulai menipis. Menurut saya, kurikulum di jaman saya dulu--mbuh seperti apa kurikulum saat ini--memaksa saya untuk menghafal tempat, waktu, dan kejadian saja.

Kapan Perang Diponegoro terjadi? Kapan Konferensi Meja Bundar digelar? Kapan Jenderal Sudirman meninggal dunia? Di mana Soekarno lahir dan dimakamkan? Cuma itu...

Bukankah ada pesan lain yang lebih penting ketimbang tanggal-tanggal tersebut? Kenapa para pahlawan itu berjuang? Apa sih yang sebenarnya mereka perjuangkan? Wah, saya nggak heran deh kalau nggak banyak orang Indonesia yang punya rasa nasionalisme tinggi.

Oiya, FYI, saya nggak tega banget mendengar kisah tentang pemberontakan G30S/PKI. Lagian, hari gini kok masih ada yang bicara Orde Baru sebagai perwujudan Demokrasi Pancasila? Sejarahnya saja belum lurus... :p

Soal pikiran ini, tentu saja nggak saya bagi sama cewek yang duduk di samping saya.

No comments: