Tuesday, June 17, 2008

Jembatan Penyeberangan (Berbahaya!)

Orang yang suka melanggar peraturan lalu-lintas itu menyebalkan. Tapi, mungkin memang benar ya kalau kita nggak melulu melihat sesuatu dari satu sisi. Mungkin saja ada faktor lain yang bikin mereka enggan mengikuti peraturan.

Ini nih contoh pelanggaran yang mau saya ceritakan, yang paling sering kita―atau setidaknya saya―jumpai: orang malas menyeberang jalan lewat jembatan penyeberangan.

Bukannya mau membenarkan diri sendiri, nih. Jalan raya depan kantor saya, di daerah Antasari, Jakarta Selatan, hampir selalu ramai kendaraan bermotor. Mulai dari motor dan mobil rombeng, motor dan mobil canggih, bus kantoran, sampai truk gandeng―ada semua.

Setelah hampir selama 4 bulan saya bekerja di sana, saya baru sadar kalau ternyata, nggak jauh dari kompleks rukan tempat kantor saya bermarkas ada sebuah jembatan penyeberangan. Selama ini, tiap kali saya mampir ke kantor, saya harus meluangkan cukup banyak waktu untuk bersabar, tengok kanan-kiri, pasang mata-pasang telinga, menunggu momen yang pas untuk menyeberang jalan, di jalan raya berdebu, diiringi deru klakson motor belagu atau mobil mewah yang nggak mau mengalah.

Akhirnya, kemarin siang, cukup sadar bahwa saya sedang dalam kondisi badan nggak fit―malas panas-panasan menunggu lalu lintas mereda dan pengin melindungi wajah saya dari debu―akhirnya saya pilih untuk berjalan kaki sedikit menuju tangga jembatan penyeberangan.

Terus terang, saya bingung di mana letak tangga penyeberangan itu. Saya tingak-tinguk, ternyata oh teryata, tangganya tertutup gubuk tempat tinggal warga. Saya berjalan ke arah tangga itu. Heran, kok ya ada beberapa mata memperhatikan saya. Dalam hati saya pikir, jangan-jangan tangga ini memang nggak pernah dipakai orang ya?

Waduh, di tangga jembatan, pegangan tangga sudah beralih fungsi jadi jemuran pakaian warga. Tetap cuek, saya naiki tangga itu. Dalam hati, saya degdegan karena pijakan tangganya sudah karatan. Takut kejeblos.

Tiba di anak tangga paling atas, sepi, pemandangannya juga masih nggak bersabahat, karatan di mana-mana. Sok berani, dan gengsi turun lagi karena pasti bakal diikuti pandangan dari orang-orang yang tadi sudah saya lewati, saya pasrahkan diri menyeberang lewat jembatan itu. Jembatan bunyi kriat-kriet tiap kali saya bergerak. Eits, ini bukan karena bobot badan saya berlebih ya. Sejujurnya, saya lagi dalam kondisi paling langsing, nih. Takut tapi gengsi, dalam hati saya berdoa semoga jembatannya nggak jebol.

Mata saya mau nggak mau melihat ke bawah, ke arah kaki memijak. Tangan mengepal memegang sisi jembatan. Setidaknya kalau jembatan jebol, saya masih bisa bertahan. Haha.

Tiba-tiba kepala saya―yang dalam keadaan menunduk memperhatikan pijakan kaki―terantuk sesuatu. Sial! Kabel listrik. Kalau saya agak tinggi sedikit, mungkin leher saya yang tersandung kabel listrik. Dan untungnya kondisi cuaca saat itu lagi cerah. Kalau hujan, pasti bahaya banget ya? Iya, nggak sih?

Pikiran-pikiran seram, untungnya, baru mampir kemudian. Jangan-jangan di jembatan itu dulu pernah ada yang bunuh diri, makanya jembatannya nggak pernah dilewati orang lagi? Atau, jangan-jangan dulu pernah ada yang kesetrum di atas sana? Atau, jangan-jangan pernah ada orang yang jatuh dari sana? Ih, daya khayal saya kenapa ketinggian sih, ya?

Saya nggak mau lagi lewat jembatan itu. Jauh lebih simpel dan lebih sehat lewat jalur langsung, menyeberang di jalan raya. Pelan-pelan aja, yang penting selamat.

Oiya, ada lagi nih jembatan penyeberangan yang bikin orang malas menggunakannya. Itu loh, jembatan penyeberangan di depan Carrefour Lebak Bulus. Ih, di situ banyak premannya tuh. Padahal berisiko juga menyeberang nggak lewat jembatan karena lalu lintas di sana selalu ramai, dan kendaraannya hampir selalu ngebut.

Bicara soal fasilitas bagi penyeberang jalan. Tanggung jawab siapa ya untuk menjaga kondisi dan keamanannya? Sebagai pejalan kaki, pengguna angkutan umum, dan pengguna fasilitas umum, saya bingung nih. Hari gini, kok makin susah ya cari selamat...

Gambar diambil dari www.kabarindonesia.com.

1 comment:

j☻hanE§ Îwan g☺es tö,. said...

yang gw liat kebanyakan mereka males lewat jembatan, yang ada maen terobos lalu lintas. udah gitu ga perlu tengkok kanan kiri maen bablas. anda displin yah! two tumbs dah...