Thursday, March 19, 2009

Bahasa "Kasta" dalam Email

Menurut saya, kita bisa menilai kepribadian orang yang berkorespondensi dengan kita, lewat tulisan-tulisannya di email. Kalau saya bilang "tulisan-tulisan", artinya saya sudah berkali-kali berkirim email dengan dia. Dan ini email yang menyangkut pekerjaan, bukan urusan pribadi.

Pernah, saya diberi tugas jadi PIC sebuah proyek kecil. Ini bukan tugas yang saya suka, terus terang, apalagi saya harus berurusan dengan orang yang (maaf) agak lamban. Kita sebut saja namanya X. Saya kirimi email, ditunggu sehari, dua hari, tiga hari, sampai hampir satu minggu, dia nggak kunjung membalas. Fyi, nggak ada laporan email bouncing yang masuk ke inbox saya. Email itu juga saya CC ke rekan satu tim saya, dan rekan saya menerima email tsb.

Saya coba telpon si X, nggak diangkat. Saya kirimi dia SMS, nggak dibalas. Lah, maunya apa sih orang ini? Akhirnya, saya hubungi bos si X via email, menanyakan perkembangan tugas anak buahnya, sekaligus menanyakan kenapa si X sulit sekali dihubungi. Besok paginya, X menelpon saya, mengaku nggak menerima email saya, dan minta dikirimi email lagi.

Herannya, si X ini selalu memburu saya untuk segera membalas emailnya. Sore ini dia mengirim email, besok paginya dia sudah menagih jawaban. Padahal, email saya bisa lama sekali dibalasnya. SMS yang saya kirim ke ponselnya juga sering pending. Ditelpon, kalau nggak mailbox, ya tulalit. Saya jadi curiga orang ini punya kreditan yang belum lunas.

Satu lagi ciri si X. Di email, dia kerap menggunakan bahasa "kasta", entah sadar atau nggak. Dia sering meninggikan diri sendiri (dan merendahkan orang lain). Mungkin ini karena dia nggak biasa menulis.

Begini contohnya. Dia menulis "saya" dengan "Saya", "panitia" dengan "Panitia", kami dengan "Kami", untuk mewakili dia dan timnya. Huruf kapital, bow! Tapi dia menulis nama saya dengan "mbak ajeng". Duh, nggemesin banget orang ini! :))

Dari korespondensi via email dan telpon itu, saya anggap si X itu agak self-centric, ngeselin, takut sama bos. Yaaah, bisa jadi saya salah. Mungkin saja si X itu lagi mumet karena load pekerjaannya tinggi (makanya dia jadi nggak fokus). Ngomong-ngomong, apa kalian yang punya tips untuk menghadapi orang seperti X?

Gambar diambil dari sini.

3 comments:

Anonymous said...

Orang2 seperti itu memang selalu ada ya :D
Pernah punya rekan kerja yg selalu cc emailnya selalu ada bos besar untuk masalah sepele yg seharusnya bos besar itu ndak perlu di sertakan. Aneh bin ajaib :D.

Restituta Arjanti said...

@mayascratch: pasti ada mbak. hihi, banyak karakter di kantor. harus sabar ngadepinnya yg karakter yg nyebelin, meski kadang gemes jg :))

retno said...

mbak, ternyata penampilan orang gak menjamin jati dirinya ya. sekarang ini banyak kamuflase. ato mungkin... prediksi kita saja yang masih dangkal terhadap orang lain?

by the way, tulisannya bagus. saya suka ngebacanya.