Monday, November 15, 2010
Bunda Teresa: Works of Love Are Works of Peace
“Keep the joy of loving the poor and share this joy with all you meet. Remember works of love are works of Peace. God Bless you.” — Bunda Teresa
Bunda Teresa mendedikasikan hidupnya bagi kaum miskin dan terlupakan. Ia menjadi simbol dari sebuah komitmen dan kepemimpinan yang tak kenal lelah menaburkan cinta dan harapan bagi kemanusiaan.
Bunda Teresa lahir dengan nama Agnes Gonxha Bojaxhiu pada 26 Agustus 1910, di Skopje, Macedonia (bekas daerah Yugoslavia). Sejak usia 17 tahun, ia sudah terpanggil untuk menjadi seorang biarawati. Pertama kali, ia bergabung dengan ordo Sisters of Loretto yang menjalankan tugas misionaris di India. Pada saat itulah, ia menanggalkan nama pemberian orangtuanya dan memilih nama Teresa untuk tugas pelayanannya.
Sebagai biarawati, Suster Teresa pernah ditugaskan untuk mengajar geografi dan katekis di SMA St. Mary di Kalkuta, India. Di sana, ia sempat menjadi kepala sekolah. Pada saat divonis mengidap penyakit TBC, ia tak bisa lagi mengajar. Ia dikirim ke daerah Darjeeling di India untuk beristirahat dan menyembuhkan diri. Pada saat itulah, ia menerima panggilannya yang kedua. “Saya harus meninggalkan biara dan bekerja dengan orang-orang miskin, hidup di antara mereka,” ucapnya.
Menolong yang Miskin dan Sakit
Pada tahun 1948, Suster Teresa mendapatkan ijin dari Vatican untuk meninggalkan ordo Sisters of Loretto dan menjadi seorang biarawati independen, di bawah pengawasan Uskup Agung Kalkuta. Ia memulai tugas kemanusiaannya di daerah kumuh dengan mengajar anak-anak miskin. Ia pun mempelajari ilmu pengobatan dasar, dan pergi ke rumah-rumah orang sakit untuk mengobati mereka.
Perlahan, banyak mantan muridnya yang terpanggil untuk menjadi pengikutnya. Mereka mengumpulkan orang-orang yang sekarat, yang ditolak oleh rumah sakit-rumah sakit di Kalkuta, dan merawat mereka.
Pada tahun 1950, kelompok yang dipimpin oleh Bunda Teresa ini diakui dan diresmikan oleh Gereja. Kelompok ini dinamakan Missionaries of Charity. Berkat kemampuannya memimpin, Bunda Teresa mampu menciptakan sebuah jaringan global dan memperluas misi kemanusiaannya di seluruh dunia. Ia merintis berbagai proyek kemanusiaan, termasuk mendirikan berbagai rumah sakit dan panti asuhan, serta membuka program konseling bagi mereka yang membutuhkan.
Memperjuangkan Hak Hidup
Aborsi adalah satu hal yang sangat ditentang oleh Bunda Teresa. Dalam setiap kesempatan, ia selalu menyampaikan pernyataan menentang hal tersebut. Dalam ajang Cairo International Conference on Population and development pada 9 September 1994, salah satunya.
“Saya sudah sering mengatakan, dan saya yakin mengenai itu, bahwa perusak perdamaian terbesar di dunia saat ini adalah aborsi. Jika seorang ibu dapat membunuh anaknya sendiri, lalu apa yang dapat menghentikan Anda dan saya dari saling membunuh satu sama lain?” Demikian bunyi pesan yang dikirimnya.
“Satu-satunya yang memiliki hak untuk mengambil hidup adalah Dia yang telah menciptakannya. Tidak ada orang lain memiliki hak tersebut: tidak sebuah konferensi, tidak juga pemerintah.
“Jika ada anak yang tidak Anda inginkan atau tidak bisa Anda didik atau berikan makan, berikan anak itu kepada saya. Saya tidak akan menolak anak manapun. Saya akan memberikannya rumah, atau menemukan orang tua yang penuh kasih untuk dia. Kami berjuang melawan aborsi melalui adopsi, dan telah menyerahkan ribuan anak kepada keluarga yang peduli.”
Pesan semacam itu pun pernah ia sampaikan pada ajang World Conference on Women ke-4 yang diadakan United Nations di Beijing, pada September 1995. Demi perjuangannya, Bunda Teresa pun tak takut untuk mengecam para pemimpin negara yang pro-aborsi. Salah satunya, mantan Presiden AS Bill Clinton, yang mengijinkan penjualan pil kontrasepsi secara bebas di AS. Bunda Teresa pun pernah menemui mantan Perdana Menteri India Indira Gandhi untuk menentang program sterilisasi yang diadakan Pemerintah India untuk membendung peningkatan jumlah penduduk negara itu.
Komitmen untuk Kemanusiaan
Bunda Teresa memiliki komitmen yang kuat. Dia selalu berusaha menggerakkan hati para pemimpin negara untuk ikut memperjuangkan kehidupan kaum miskin, sakit, dan terlantar. Para penderita HIV/AIDS pun tak luput dari perhatiannya. Pada 1986, misalnya, ia pernah bertandang ke Gedung Putih di Washington DC untuk menemui Presiden Ronald Reagan dan meminta bantuannya mencarikan tempat di New York bagi para penderita HIV/AIDS.
Karya Bunda Teresa tak hanya dikenal di Kalkuta. Proyek kemanusiaannya juga merambah berbagai negara. Ia dan kelompoknya menunjukkan kepedulian dan menolong orang-orang yang kelaparan di Ethiopia, menghibur para korban ledakan reaktor nuklir Chernobyl di Uni Soviet, serta memberikan bantuan bagi para korban bencana alam.
Bunda Teresa adalah seorang sosok yang berpengaruh. Pada tahun 1982, selama pengepungan berdarah terjadi di Beirut, ia berhasil membujuk Israel dan Palestina untuk melakukan gencatan senjata. Hal itu untuk menyelamatkan anak-anak yang terperangkap di sebuah rumah sakit di daerah tersebut.
Sebagai pengakuan atas perjuangannya dalam mengatasi kemiskinan—yang juga menjadi ancaman bagi perdamaian dunia—Bunda Teresa mendapatkan berbagai penghargaan. Salah satunya adalah Nobel Perdamaian pada tahun 1979.
Bunda Teresa meninggal dunia karena serangan jantung pada tahun 1997. Ia merupakan salah satu pemimpin wanita yang paling dikagumi sepajang masa.
Tulisan ini saya buat dari berbagai sumber, dan ditampilkan di LeadershipQB.com. Gambar diambil dari sini.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment