Friday, December 17, 2010

Menyembuhkan Hati yang Luka


“Ajeng, kenapa ya sedih gue berlarut-larut? Gue paling sebal dengan keadaan kayak begini.”

“Coba cari kegiatan baru, masuk ke komunitas baru. Jangan buang air matalo untuk orang yang nggak menghargai perasaan lo. Ingat itu tiap kali lo mau menangis, ya.”

I sound cold, maybe. But I had nothing more to say. No one could fix a broken heart easily, in short time.

Kalau bisa memilih, pasti nggak ada seorang pun yang mau merasakan patah hati. Lukanya perih nggak tertahan, dan waktu untuk menyembuhkannya teramat lama. Saya rasa, nggak ada seorang pun yang bisa menjadi pakar untuk mengobati patah hatinya sendiri.

Kenapa saya tergelitik untuk menulis tentang patah hati, ya? Belum lama ini ada seorang teman saya yang mengalaminya. Dan yang membuat saya heran, orang yang secantik dan setangguh dia pun bisa nggak berdaya karena patah hati.

Ini loh yang biasanya dilakukan oleh orang yang sedang patah hati: menetapkan waktu untuk berduka. Wajar, ya. Tetapi menurut saya sih, jangan lakukan ini terlalu lama. Sepertinya 2 poin dari 7 Golden Rules of Life bisa digunakan sebagai pegangan.
  • Don't let someone become a priority in your life, when you are just an option in their life. Relationships work best when they are balanced. 
  • We make them cry who care for us. We cry for those who never care for us. And we care for those who will never cry for us. This is the truth of life, it's strange but true. Once you realize this, it's never too late to change.
Talk is cheap, I know. Tapi kita kan harus tetap melihat ke depan. Move on, we have a life to live. Menyembuhkan hati yang luka hanya satu dari begitu banyak tantangan yang kita hadapi dalam hidup. Habiskan waktu bersama sahabat dan kenalan-kenalan yang memiliki energi positif, dan jangan lupa Tuhan.

Saya menemukan cerita yang indah tentang “a broken heart” di Internet. Saya salin di sini, ya.
Once there was a young man who proclaimed to have the most beautiful, flawless heart. An old man challenged him. The crowd looked at the old man’s heart. It was beating strongly, but full of scars. Some pieces had been removed and others had been put in, but didn’t fit quite right.

The old man looked at the young man, “I would never trade my heart for yours. Every scar represents a person I’ve given my love—I tear out a piece and give it to them. Sometimes they give me a piece of their broken heart, which I fit along jagged edges. When the person doesn’t return my love, a painful gouge is left. Those gouges stay open, reminding me that I love these people too. Perhaps someday they will return and fill that space.”
Untuk teman yang sedang patah hati, tetap semangat ya! This too shall pass.

I know it aches
How your heart it breaks
And you can only take so much
Walk on, walk on

(Walk On, U2)

Gambar diambil dari sini.

No comments: