Sunday, June 28, 2009

Penyakit Seribu Wajah

Pagi tadi adik saya berkisah, tentang kakak kawannya yang sakit parah. Gejala sakitnya sulit dikenali, daya tahan tubuhnya menurun.

"Kakak teman gue itu workaholic. Ternyata gaya hidupnya nggak seimbang. Kerja keras, sering lembur, tapi nggak diimbangi makanan yang cukup. Bukan nggak cukup makan ya. Tapi nggak cukup gizinya," kata adik saya.

"Apa kata dokter? Anemia ya?" saya tanya dia. Pasalnya, ada dua karib saya ditempeli penyakit itu--anemia. Sebabnya, gaya hidup yang nggak imbang, terlalu banyak kerja, kurang istirahat, dan (mungkin juga) kurang makan makanan bergizi. Gejalanya, mereka suka pingsan. Badan lemas dan vertigo. Kata dokter, ada kelainan di darah mereka.

Kembali ke cerita adik saya. Dia jawab, "Bukan. Bukan anemia. Dokter sampai susah ngenalin gejalanya. Pernah dikira kena Thypus, pernah juga demam berdarah. Saking parahnya, dokter juga pernah ngira kakaknya itu kena AIDS. Sampai akhirnya, ada sariawan di mulut kakaknya, dan lukanya melebar."

Kali ini tebakan saya nggak mungkin salah. "Lupus ya! Kakak temenlo perempuan?"

"Kok tau?" tanya adik saya.

Iya, saya tau. Beberapa tahun lalu, senior saya--perempuan--meninggal karena penyakit itu. Lupus dikenal sebagai penyakit seribu wajah. Gejalanya sulit dikenali. Kebanyakan penderita Lupus adalah perempuan. Beda dengan HIV/AIDS yang menyerang sistem kekebalan tubuh seseorang, Lupus terjadi karena tubuh memproduksi terlalu banyak antibodi, hingga menyerang sistem dan jaringan tubuh penderitanya. Setau saya, belum ada obat untuk penyakit ini.

Sedikit info dari www.lupusindonesia.org, Lupus bisa menyerang kulit, mata, serta organ tubuh vital seperti ginjal, hati, paru-paru, hati, dan darah. Risiko terburuknya adalah kematian. Umumnya, Odipus (orang yang hidup dengan Lupus) harus menghindari stress, nggak boleh kerja berlebihan, dan menghindari kontak langsung dengan sinar matahari.

"Sekarang, kondisi kakak temenlo itu bagaimana?" tanya saya.

"Tinggal menunggu waktu. Umurnya 29 tahun, badannya habis. Bayangin saja, beratnya tinggal 12 kilo," kata adik saya. Kami cuma bisa berdoa, semoga ada keajaiban untuk si kakak.

Untuk teman-teman, terutama yang perempuan, kerja keras boleh, asal jangan sampai lupa waktu. Kesehatan mahal harganya. Working too much is not recommended for health...!

Notes: Posting kali ini nggak dilengkapi gambar ilustrasi. All pictures about Lupus I found on the net was sad pictures. I have no heart to put any of them here.

4 comments:

Toni said...

kebetulan saya kenal seorang survivor dari penyakit Lupus, namanya Dewi Anggraeni.

kisahnya dapat dibaca: http://dewiluxor.com/index.php?option=com_content&task=view&id=13&Itemid=26

selalu ada harapan, yang penting: struggle and keep survive, krn penyakit ini memang tidak main-main. yang saya jumpai, banyak yang putus asa dan lekas menyerah...

pyuriko said...

Thanks infonya Jeng....

bekerja boleh, tetapi harus ingat waktu... :)

ketut epi said...

iya, temenku jg ada yg udah bertahun2 lupus. mesti transfusi terus. senang liat ketabahan dan ketegaran dia selama ini.

* udah lama gak kesini sejak blog ini diendapkan sementara :)

Restituta Arjanti said...

@Toni: salam buat temenmu, Ton. Keep fighting, Dewi!

@Iko: artinya, kita harus sering kumpul jg ya, Ko :)

@Epi: salam juga buat temenmu ya Pi. blognya baru di-relaunch Pi, masih mempertahankan desain minimalis :">