Thursday, November 15, 2012

Energi Baru dan Terbarukan untuk Indonesia Mandiri

Gambar: www.kauffman.org

Dalam bukunya yang berjudul The Extreme Future: the Top Trends that Will Reshape the World in the Next 20 Years, seorang futurist bernama James Canton membeberkan beberapa tren yang akan mengubah wajah dunia masa depan.

Dua ramalan Canton yang sangat menarik, yang dipaparkan dalam buku tersebut, menurut saya adalah soal krisis energi dan transformasi ekonomi secara global. Alasannya, kedua kondisi ini tengah terjadi saat ini—kita bisa merasakannya dan tengah menghadapinya. Oh, sebagai informasi, buku ini diterbitkan pertama kali pada tahun 2007.

Canton meramalkan bahwa pada tahun 2015, krisis minyak bumi akan memuncak. Singkat kata, jika penduduk dunia tidak bisa mengurangi penggunaan minyak bumi, maka manusia harus mencari sumber energi yang baru.

Berikutnya, Canton memaparkan pendapatnya—bahwa ekonomi masa depan harus mengandalkan teknologi untuk berinovasi dan untuk menciptakan kemakmuran, kekayaan, dan kekuatan global. Di sini, dia mengangkat istilah “innovation economy” atau ekonomi yang berbasis inovasi. Innovation economy menyoal tentang bagaimana manusia harus mampu berpikir ke depan, menciptakan ide, lalu mewujudkannya menjadi inovasi yang dapat dikembangkan secara ekonomi dan global.

Kedua poin tersebut melahirkan pertanyaan yang sudah sepantasnya membuat kita menjadi gusar. Siapkah Indonesia menghadapi krisis energi dan perubahan ekonomi global?


Ragam Energi Baru dan Terbarukan

Bicara soal krisis energi, sebenarnya kita patut bersyukur tinggal di negeri yang kaya akan sumber daya alam, yang sangat potensial sebagai sumber energi alternatif—energi baru dan terbarukan.

Energi baru dan terbarukan sangat beragam jenisnya. Di antaranya adalah biodiesel, bioetanol, dan biomassa.

Biodiesel adalah minyak nabati yang dibuat dari beragam jenis tumbuhan, seperti tanaman jarak, randu, dan kelapa sawit. Bioetanol adalah cairan biokimia yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang mengandung karbohidrat, seperti singkong, ubi, sagu, dan tebu. Sedangkan biomassa merupakan energi yang dikembangkan dari beragam massa biologis, seperti jerami, kayu, ranting-ranting, limbah kelapa sawit, dan limbah pertanian.

Masih ada sumber-sumber energi terbarukan lainnya yang sangat dekat dengan kita, dan sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Mereka adalah air, angin, dan sinar matahari. Selain itu, ada pula panas bumi. Daerah yang mengandung potensi panas bumi terbesar utamanya terletak di sekitar gunung berapi.

Sayangnya, sumber-sumber energi alternatif itu belum dimanfaatkan secara maksimal di negeri kita. Ya, selama ini, kita sangat bergantung pada energi fosil, yakni minyak bumi dan batubara, dan gas. Padahal, energi air (mikrohidro), energi panas bumi (geothermal), dan energi surya (thermal atau fotovoltaik) tidak hanya terbarukan, tetapi juga lebih ramah lingkungan ketimbang energi fosil.

Sebenarnya, nuklir juga berpotensi untuk dikembangkan sebagai energi alternatif. Namun, usulan pengembangannya masih mengundang banyak kontroversi dan membutuhkan kesiapan yang matang, baik dari segi teknologi maupun mental masyarakat.

Inovasi untuk Memenuhi Kebutuhan Energi

Saat ini saja, kebutuhan energi di Indonesia sudah sangat besar. Bisakah kita bayangkan, hingga tahun 2025 saja, berapa besar pertumbuhan populasi di negara ini?

Pertambahan populasi akan menuntut pertumbuhan ekonomi dan peningkatan standar kehidupan yang lebih baik. Pertambahan populasi juga akan meningkatkan permintaan terhadap energi dan listrik. Selain itu, masih ada lagi hal yang tak boleh kita lupakan. Di masa depan, isu lingkungan akan semakin marak, terutama yang berkaitan dengan kesehatan, pemanasan global, dan polusi udara.

Satu hal yang pasti, Indonesia membutuhkan energi alternatif, energi yang sumbernya terbarukan. Kita tak bisa lagi bergantung pada energi fosil seperti minyak bumi dan batubara.

Dari berita-berita di media massa, kita mengetahui bahwa pemerintah telah berupaya mengembangkan berbagai jenis energi alternatif. Kementerian Riset dan Teknologi (Ristek) dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), contohnya, telah mengembangkan pembangkit panas bumi di daerah Cibuni, Bandung Selatan, Jawa Barat. Ada pula proyek pembangkit listrik dari tenaga surya, angin, dan diesel yang dikembangkan oleh Ristek bekerja sama dengan PLN di Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur.

Selain itu, pemanfaatan energi air laut yang dikombinasikan dengan tenaga angin, air, dan surya juga telah dikembangkan di daerah Wonosari Gunung Kidul, Yogyakarta. Riset dan pengembangan bioetanol, biodiesel, dan biomassa juga mulai dilakukan secara mandiri oleh masyarakat. Berita-berita positif semacam ini mampu membangkitkan semangat dan optimisme akan masa depan Indonesia.

Yang perlu menjadi fokus pemerintah saat ini adalah melakukan pemetaan sumber-sumber energi baru dan terbarukan, mengembangkan teknologi dan penerapannya, serta membuat kebijakan distribusi serta penerapan harga (pricing) dari sisi bisnisnya.

Inovasi-inovasi teknologi di bidang energi baru dan terbarukan akan menciptakan Indonesia yang mandiri dalam hal energi. Dan niscaya, bangsa yang mandiri dalam energi akan mandiri pula secara ekonomi.

Namun, impian akan masa depan Indonesia yang indah itu tentunya perlu didukung oleh berbagai pihak—masyarakat, akademisi, industri, serta pemerintah.

Masyarakat perlu memiliki mindset peduli dan menghargai energi, mau menghemat penggunaan energi demi kebaikan bersama. Akademisi, selain mengedukasi tentang pentingnya energi bagi masa depan bangsa dan dunia, juga diharapkan mampu mendorong terciptanya inovasi-inovasi teknologi di bidang energi baru dan terbarukan.

Pihak industri, yang selama ini menjadi konsumen energi yang paling rakus, diharapkan mau mendukung riset-riset teknologi di bidang energi baru dan terbarukan. Misalnya melalui program Corporate Social Responsibilty (CSR) mereka.

Sementara pemerintah, diharapkan dapat menetapkan kebijakan-kebijakan yang mampu menciptakan Indonesia yang mandiri energi, serta memberikan insentif atau penghargaan bagi industri yang mampu menghasilkan teknologi yang hemat energi dan ramah lingkungan.

1 comment:

Unknown said...

ky abis baca koran kompas nih.., kerreen :)