Wednesday, October 15, 2008

Tentang Shutter, Akhirnya...

Shutter. Itu bukan judul film horor Asia, ya. Itu nama gadget baru saya. Banyak teman bilang, saya "kelainan" lantaran suka memberi nama untuk barang-barang digital saya. Tapi yang pasti, "kelainan" itu cuma terjadi kalau saya punya barang yang benar-benar saya pengin dan mahal harganya. Singkat kata, butuh perjuangan (menabung) untuk mendapatkannya.

Kenapa saya kasih nama Shutter? Tadinya, saya mau kasih nama yang rada nyentrik buat si Shutter. Suter. Kata sepupu saya, awalan "su" banyak dipakai sama orang Jawa jaman dulu sebagai awalan nama mereka karena punya arti "bagus". Contohnya Subagyo, Sudibyo, Sulistyo, Susanti, Susanto, Sudjarwanti. Sementara setau saya, kata "ter" punya arti "paling". Jadi, Suter berarti "paling bagus". Ihk, saya jayus ya.

Masih tentang nama Shutter. Nama itu juga saya pilih karena saya pengin menghindari awalan huruf "B" untuk nama gadget baru saya. Nggak tau kenapa, saya gampang dekat dengan nama yang mengandung awalan huruf "B". Nama MacBook saya Bubble, berawalan "B". Nama pacar pertama saya berawalan huruf "B". Nama boss saya sekarang, juga berawalan huruf "B". Hihi, kedekatan dengan huruf "B" terjadi tanpa saya sengaja, dan baru saya sadari. Tuh kan, saya jayus lagi.

Sebenarnya, Shutter itu apa? Psst, dia kamera DSLR entry level, Canon EOS 1000D alias Digital Rebel XS. Halah, sebenarnya dari gambarnya saja sudah bisa ditebak, kan?

Saya sudah lirik-lirikan sama gadget yang satu ini kira-kira seminggu yang lalu. Selama itulah saya butuh waktu untuk memantapkan hati untuk memboyongnya pulang. Berkat rekomendasi Alexander Syarief Sudita Pangestu, teman saya yang sabar, baik hati, dan suka menolong (serta mungkin sudah bosan selalu saya tanya tentang kamera), jadilah saya menggesek kartu kredit demi Shutter. Cicilan 6 bulan, bunga 0%. Kalau bisa kredit tanpa bunga, kenapa harus bayar cash? Hahaha...

Kok saya pilih yang entry level? Alasan utamanya jelas bermotif ekonomi. Iya, saya nggak punya duit untuk beli kamera kelas high end. Kalaupun punya, sepertinya saya nggak rela mengeluarkan bujet besar deh. Tambah lagi, kata dua teman saya, Oom Glen dan Mas Bayu, yang penting itu the man behind the gun, bukan gun-nya. Uum, alasan terakhir ini sepertinya lebih tepat dibilang sebagai "pembenaran" yaaa...

Gambar diambil dari www.yugatech.com

No comments: