Thursday, November 26, 2009

Ni hao ma?


Tentang perjalanan hemat saya dan Keshie ke Kuala Lumpur, ternyata sudah ditulis oleh Keshie di blognya. Jadi, saya nggak perlu menjelaskannya panjang dan lebar lagi di sini ya. Yang butuh tips untuk jalan-jalan di KL, silakan baca langsung blog Keshie.

Karena saya lebih demen ngomongin orang, jadi saya mau cerita tentang kejadian-kejadian unik yang kami alami di sana. Ini yang pertama.

Mata kami yang sipit--plus kulit yang nggak hitam-hitam amat--bikin kami sering dikira turis dari China. Contoh pertama di hostel Green Hut, Bukit Bintang, sepulang saya dan Keshie keliling Batu Caves dan menjelajah The Borders di Berjaya Time Square. Ada bule yang menyapa saya, "Ni hao ma?"

Karena capek dan belum ngeh kalau kami punya Chinese look sekental itu, saya cuma bisa bengong. "Kenapa nih, bule?" dalam hati saya. Keshie sudah ngacir duluan ke kamar. Si bule dengan baik hatinya langsung mengundang saya ikut bergabung di pesta ultah temannya. Boooo, yang ultah aja nggak ngundang, masa iya saya ikutan. Jadi, saya pamit dengan sopannya.

Malam berikutnya, saya dan Keshie pulang ke hostel membawa banyak jinjingan dari Ikea. Kami bertemu lagi dengan si bule. Terbongkarlah fakta bahwa kami bukan dari China. Hihi, Indonesia banget kan--selalu menyempatkan untuk belanja di luar negeri.

"Hi," saya atau si bule duluan yang menyapa, saya lupa.
"Excuse me," kata si bule waktu saya dan Keshie melipir mau buru-buru menuju kamar. "May I know where do you come from?"
"Oh, we're from Indonesia," jawab saya.
"Oh, I'm sorry about last night. I thought you were from China," kata si bule.
"Hahaha, it's okay. You're not the only one."
"Yeah, our looks so universal," kata Keshie, sebelum dia ngacir sendirian (lagi) ke kamar.
"Yeah, that's why I ask you 'ni hao ma?'," lanjut si bule.
"Actually, I know what 'ni hao ma' means, but I don't know how to answer it," jawab saya jujur. Saya lupa kalau sapaan itu harusnya dijawab, "Ni hao." Yah, beginilah kalau cuma tampang saja yang Chinese... :">

Kejadian dikira orang China itu nggak cuma terjadi satu kali itu saja. Waktu lagi menunggu bus (menuju Batu Caves) di terminal di depan St. Titiwangsa, Keshie disapa dengan bahasa China oleh seorang ibu. Intinya, si ibu mengira Keshie sebagai orang yang dikenalnya. Di stasiun monorail lain, kami juga beberapa kali ditawarkan tabloid berbahasa Mandarin. Kami sudah tau kenapa...

Gambar diambil dari sini.

4 comments:

keshie said...

hmm gw merasa perlu memberikan konfirmasi karna sepertinya ajeng menggambarkan gw sbg teman yg tidak solider karna slalu ngacir alias kabur meninggalkan dia sendirian di saat2 genting. sebenernya kenyataannya sih... ya emank seperti itu hihi. tp gw lakukan itu karna gw percaya elo mampu handle tu bule, ato siapapun yg berani ngajak kita berkomunikasi :))

ketut epi said...

kayaknya aku jg perlu nulis nih soal wajah yg mengakibatkan kekeliruan asal muasal :D

kapan jalan lagi? :)

Restituta Arjanti said...

@kc: gapapa, kesh. i did the same thing with u, when u meet the nigerian man @KFC :))

@epi: kamu punya pengalaman sama, pi? rencananya aku & kc mau jalan lg bln januari. epi mau ikut? :)

ketut epi said...

Iya Jeng, bbrp bilang aku gak ada bali-balinya, bbrp bilang aku bali banget. Di vietnam disangkain org vietnam, di spore disangkain org Thai :D

next trip kalian yg ke HK itu ya? Senangnya yg Udh dpt tiket. Kapan itu aku liat ada promo jkt-phuket 250-an ribu. phuket asik gak ya?