Monday, January 21, 2013

Camping di Bromo



Gunung Bromo, Batok, dan Semeru di kawasan Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru.

Menutup tahun 2012, saya pergi camping di Bromo bersama beberapa kawan yang tinggal di Malang, Jawa Timur. Dari Jakarta, saya pergi sendiri naik kereta api. Sudah lama saya nggak naik kereta, dan saya pengin tahu bagaimana rasanya naik kereta Gajayana. Perjalanan Jakarta-Malang cukup panjang, 15 jam. Syukurlah jadwal keretanya tepat waktu.  

Awalnya, saya dan kawan-kawan berencana untuk tracking ke Semeru dan camping di Ranu Kumbolo di kaki Gunung Semeru. Yang sudah nonton 5 cm pasti tahu, dong. Tetapi mengingat faktor cuaca, akhirnya kami putuskan untuk camping di Bromo saja.

Beberapa kawan yang hobi adventure tahu letak hidden spot yang menghadap langsung pemandangan 3 gunung besar di Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru (BTS), yaitu Gunung Bromo, Batok, dan Semeru. Mereka menjadi guide kami menuju ke lokasi tersebut.

Kami berangkat dengan 3 mobil 4x4 dari Malang sekitar pukul 8 malam, tanggal 30 Desember. Perjalanan menuju Bromo seru sekali karena kami harus melintasi rute offroad di sekitar BTS—melewati Bukit Teletubbies, Lautan Pasir, lalu naik ke kawasan pegunungan Bromo yang terjal. 

Sebelumnya, saya nggak pernah membayangkan bagaimana rasanya offroad di malam hari, di Bromo pula. Seru! Apa lagi malam itu langit cerah berhias bulan terang dan bintang-bintang. Indah banget!

Perjalanan offroad itu juga nggak bisa dibilang lancar. Malah ada pengalaman yang bikin jantung dagdigdug ketika mobil yang saya tumpangi berempat dengan kawan tiba-tiba mati saat tanjakan tajam. Argh!

Ada lagi mobil kawan yang bannya selip di aliran sungai kecil yang ada di Lautan Pasir, sehingga mobilnya harus diderek (winch) mobil yang lain. Jadi, offroad itu memang tidak dianjurkan untuk dilakukan 1 mobil saja. Kalau-kalau ada masalah dengan mobil kita, ada mobil lain yang bisa membantu.

Kami berputar-putar di Lautan Pasir cukup lama. Karena jalan gelap, kami kesulitan mencari jalan masuk ke area camping, yang ternyata lokasinya berada di antara Pananjakan 1 dan 2, daerah view point untuk melihat pemandangan sunrise di Bromo.

Kami tiba di hidden spot yang sudah diworo-woro dengan bangganya oleh kawan saya sekitar pukul 3 pagi, tanggal 31 Desember. Dan, ta...daaaa...!!! Hahahaha banyak banget orang berkumpul di sana menunggu sunrise.

Katanya hidden, kok.... Kita camping di sini? Jadi baru bisa pasang tenda agak siang, setelah orang-orang ini bubar, dong? Dan besok, pukul 3 pagi, kita sudah harus membongkar tenda karena pasti akan ada banyak orang menyerbu tempat itu untuk melihat sunrise! Belum lagi ada pedagang makanan dan minuman “pemilik tempat ini” yang bakal berjualan.

Hahahaha, saya jadi geli sendiri....

Long story short, akhirnya kami mencari spot lain untuk camping. Tetapi saya cukup puas memandang Bromo, Batok, dan Semeru dari area yang konon dulu tersembunyi itu.

Tuhan memang luar biasa. Ciptaan-Nya nggak ada duanya. Ini bukan kali pertama kali saya mengunjungi Bromo, dan saya yakin sampai kapanpun saya nggak akan pernah bosan melihat keindahannya.

Ngomong-ngomong soal camping, sudah lama sekali saya nggak pergi camping. Seingat saya, terakhir kali saya camping itu tahun 2007, di Cipelang, Sukabumi, Jawa Barat. Rute tracking di sana lumayan juga, tuh.

Sewaktu camping di Bromo, saya agak syok sebenarnya. Bukan karena cuaca dinginnya yang luar biasa, karena cuaca di pegunungan manapun pasti dingin. Bukan juga karena kejutan-kejutan sewaktu offroad. Yang bikin syok itu adalah... di daerah BTS itu sama sekali nggak ada toilet umum. Jadi, kalau kepengin—maaf, ya—buang air, ya harus dibuang di semak-semak. Nah, loh!

Iya , saya memang belum pernah merasakan camping yang se-cihuy itu. Hahaha. Di tempat-tempat camping yang pernah saya sambangi, selalu ada toilet umum. Sederhana nggak apa-apa, yang penting kan tertutup ya. :))

Hal yang tak kalah cihuy adalah, saya berhasil melalui ujian itu dong! Senang rasanya menikmati alam dan melipir sejenak dari hiruk-pikuk kota besar, berpisah dari gadget-gadget yang selama ini nggak pernah jauh dari genggaman. 

Malam harinya, saya nggak tidur di dalam tenda. Saya memilih untuk tidur dalam sleeping bag saja, di luar tenda. Tanpa alas kasur yang empuk, saya mendapatkan tidur yang sangat mewah di Bromo malam itu. Dan, saya nggak kapok untuk merasakan pengalaman itu lagi. :-)

1 comment:

Niken Andriani said...

halo salam kenal!!